DREAM LAND SPRING WATER

Wahana obyek wisata Dream Land Spring Water adalah salah satu wahana obyek wisata air yang ada di kabupaten Banyumas yang memiliki beragam wahana dan panorama wisata alam yang sangat asri dengan iklim pedesaan disekelilingnya. Dream Land Spring Water tepatnya berlokasi di Jl. Pabrik Tapioka Desa Pancasan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Disini pengujung disediakan beraneka fasilitas yang menarik seperti Taman Reptil, Kolam Seribu Air, Water Fall, Kolam Arus, Kolam Terapi Ikan, Water Boom, Water Park, Flying Fox, Taman Pasir, Taman Batu, Wisata Kuliner, Arum Jeram, Taman Burung, Speedboot, dan Ikan Raksasa.
Keragaman wahana wisata air di Dream Land Water Spring disajikan dengan sumber daya air alami yang dimiliki oleh desa Pancasan sehingga memberikan kesegaran tersendiri seperti halnya obyek wisata air lainnya yang berdekatan dengan sumber mata air alam.
Dream Lannd Spring Water juga dilengkapi juga dengan Taman Reptil yang menyediakan beragam  burung/unggas langka, dan Taman Aquarium dengan berbagai koleksi seperti ikan raksasa dan batuan alami berupa batu karts yang mirip terumbu karang yang menyembul ke permukaan bumi.  Tak kalah dengan fasilitas obyek wisata lainnya, Dream Land Water Spring juga akan menyediakan Bioskop 4D dan fasilitas lainnya untuk memberikan kepuasan tersendri bagi pengunjung yang beraktifitas wisata di Dream Land Water Spring.



http://www.visitbanyumas.com/destinasi/item/dream-land-spring-water-pancasan-ajibarang

CURUG CEHENG BANYUMAS


Lokasi Curug Ceheng adalah sekitar 15 kilometer timur laut kota Purwokerto, tepatnya di desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. Untuk menuju kesana dapat menggunakan angkutan umum berupa angkutan pedesaan dari Sumbang dengan rute ke Limpakuwus. Lebih mudah menggunakan kendaraan pribadi baik sepeda motor atau mobil karena tersedia jalan aspal mulus sampai ke gerbang lokasi.
Kalau dari Purwokerto, bisa melaui jalan ke arah Baturraden, sampai di pertigaan Pabuaran belok kanan dan kemudian sampai Sumbang terus belok kiri ke arah Limpakuwus. Kalau dari Purbalingga bisa lewat Padamara sampai di Sumbang tinggal lurus ke utara. Untuk sampai ke areal air terjun, pengunjung harus berjalan sekitar 150 meter dari tempat parkir dan kemudian menuruni tebing dengan ketinggian 70 meter. Inilah enaknya lokasi air terjun ini, jika dibandingkan dengan air terjun di lokasi lain yang harus memaksa pengunjung berjalan sampai ratusan meter. Untuk menuruni ini, sudah tersedia anak tangga yang berkelak kelok untuk memudahkan pengunjung berjalan. Cuma memang diperlukan kehati-hatian karena sebagian masih berupa tanah dan belum disemen, pagar untuk pegangan juga tidak tersedia di seluruh bagian.
Kalau berkunjung ke lokasi ini, disarankan saat hari cerah untuk dapat menikmati pemandangan yang bagus dan jalan tidak licin. Kalau hari mendung atau gerimis, niat untuk turun ke bawah hendaknya di tunda. Terlebih jika langit di daerah hulu di atas gunung Slamet itu mendung pekat, karena sering terjadi debit air membesar secara tiba-tiba. Saat mendung juga pernah terjadi pengunjung terkena sambaran petir di lokasi dekat air terjun.
Air terjun ini sebenarnya terhitung berukuran kecil. Ketinggian air terjun hanya sekitar 15 meter berbentuk tunggal. Air terjun ini merupakan salah satu bagian dari aliran kali Pelus yang mengalir ke daerah hilir sampai Sumbang dan Sokaraja.
Di lokasi ini pengunjung dapat menikmati kesegaran air, baik untuk bermain air atau sekedar berbasah-basah. Kalau punya nyali, pengunjung dapat mandi di dekat lokasi kolam alami tempat air jatuh ke bawah, namun hal ini dapat memancing bahaya karena derasnya arus saat jatuh ke bawah. Di sana juga tidak selalu ada tim penolong untuk mengawasi pengunjung. Jadi yang aman mungkin dapat bermain di pinggir kolam alami atau malah di bagian sungai. Pada daerah aliran sungai ini cukup banyak batu-batu besar untuk duduk dan bermain air di sekitarnya.
Kalau berwisata tidak lengkap jika tidak berfoto. Pemandangan air terjun dapat diambil dari hadapan. Kadang jika matahari cukup cerah, sering terlihat pelangi kecil. View air terjun yang baik lagi adalah jika dilihat dari arah samping. Hanya saja lokasi ini harus ditempuh lewat jalur alternatif dimana hanya berupa jalan setapak.


http://www.thearoengbinangproject.com/curug-ceheng-banyumas/
http://www.visitbanyumas.com/destinasi/item/curug-ceheng-wisata-banyumas

WISATA HUSADA KALIBACIN


Kalibacin atau dikenal juga dengan Obyek Wisata Husada Kalibacin terletak 17 km dari pusat kota Purwokerto. Tepatnya di desa Tambaknegara Kecamatan Rawalo. Pintu masuk obyek wisata ini berseberangan dengan bendung gerak serayu. Disebut wisata husada karena disini para pengunjung dapat berwisata sembari berobat. Karena airnya mengandung mineral seperti belerang, HCl, Zn, Mg, Nitrit, kalsium, dan sulfat dengan pH air 7 - 9.
Kandungan tersebut yang menjadi keistimewaan Wisata Husada kalibacin dan dimanfaatkan pengunjung yang memiliki penyakit syaraf, tulang dan kulit. Aroma belerang yang khas membuat obyek wisata ini disebut Kalibacin atau dalam bahasa Indonesia berarti sungai yang berbau tidak sedap. Padahal kenyataannya, airnya tak se "bacin" (bau tidak sedap-red) namanya. Sesuai dengan manfaatnya, terdapat tiga pilihan kamar pemandian yaitusyaraf, kulit dan tulang. Ada pula kolam keceh atau kolam kecil setinggi lutut orang dewasa yang disediakan bagi anak kecil.
Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk menikmati air kaya mineral di obyek wisata ini, cukup dengan tiket masuk yang relatif murah anda sudah dapat menikmati kesegaran airnya sembari berobat kepada alam.


Sejarah 
Obyek wisata Husada Kalibacin ini sudah banyak dimanfaatkan orang sejak zaman Pasirluhur, tepatnya adalah ketika Pasirluhur dibagi lima yaitu satu bagian ( 4 desa Pasir sekarang ) adalah daerah Mancagangsal yaitu wilayah Pemutihan yang mendapatkan tugas khusus untuk merawat pusaka dan makam kerabat keraton yang ada di Pasirluhur, dimana wilayah ini diberikan kepada putra Adipati Pasirluhur yang terakhir yaitu Pangeran Perlangon yang bernama Pangeran Langkap, dan empat desa perdikan yang diberikan kepada empat keponakan Adipati Pasirluhur ( Pangeran Prelangon ) yang salah satunya bernama Ki Bonjok. (Tiga orang lainnya masing-masing bernama Ki Gede Sule, Ki Gumingsir dan Ki Ambilung).
Sebelum Bonjok berkuasa di wilayah itu (sebagai Desa Perdikan) tempat itu sudah dikenal banyak orang dengan nama “Gua Teleng” namun belum dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Setelah Ki Bojok berkuasa di situ dan “Gua Teleng” banyak dimanfaatkan banyak orang untuk mengobati berbagai macam penyakit kulit, maka “Gua Teleng” berganti nama dengan nama yang baru yaitu “Tuk Semingkir” karena berbagai macam penyakit setelah mandi di mata air ini segera sembuh. (Semingkir artinya pergi / hilang / sembuh).
Satu – dua orang sembuh karena mandi di sana tidaklah mampu membuat tempat itu dikenal banyak orang, namun setelah banyak orang sembuh karena mandi di sana, maka tempat itu lalu banyak dikenal orang bahkan banyak orang berkunjung untuk berobat disana. Orang sakit kulit, mandi disana kemudian sembuh; orang sakit tulang, mandi di sana kemudian sembuh; orang sakit syaraf, mandi di sana kemudian sembuh; orang sakit mata, mandi di sana kemudian sembuh, pokoknya berbagai macam penyakit dapat sembuh kalau mandi di sana.
Di zaman Martanegara memerintah di sana, datanglah seorang Mubaligh dari Demak menyebarkan agama Islam. Sang Mubaligh tersebut bermukim di sekitar Tuk Semingkir untuk memudahkan mengambil air wudu dan keperluan lainnya. Setelah sang Mubaligh pergi, maka tempat itu dikeramatkan orang sebagai petilasan wali. Sedangkan pakaian dan barang-barang lainnya berupa tulisan-tulisan di daun lontar, terbang, rebana, tombak dan lain-lain yang ditinggal sang mubaligh disimpan di Balai Malang yang letaknya hanya sekitar 200 M dari Tuk Semingkir.
Sejarahpun terus ditulis dan sampailah pada angka tahun 1830 dimana Pemerintah Hindia Belanda menguasai Banyumas (Kabupaten Banyumas dibentuk oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 1 Nopember 1830). Diam-diam para pejabat yang berkuasa waktu itu tertarik akan apa yang terjadi di Tuk Semingkir. Banyak orang dengan berbagai penyakitnya berkunjung ke situ. Setelah diadakan penelitian ternyata mata airnya tidak mengandung gas yang berbahaya bagi kehidupan manusia, justru mengandung mineral yang antara lain : belerang; kapur; garam; soda; minyak tanah; logam-logam seperti besi; tembaga; perak dan bahkan juga emas meskipun kadarnya hanya kecil. Maka pada tahun 1892 dibangunlah pemandian itu dan dibuka untuk umum oleh Raden Dipowinoto (Wedono Banyumas). Bangunan tersebut menggunakan bahan dari kayu, bambu dan beratap dari welit, berdiri di atas tanah yang berstatus Guvernement Ground (G. G). pada waktu itu juga diadakan pembangunan berupa perluasan belik mata air menjadi seperti sebuah sendang, kemudian juga ditanami pohon beringin. Sejak saat itu “Tuk Semingkir” berganti nama menjadi “Tamba Wringin Tirta Hoesada” yang berarti air pengobatan.
Dengan telah dibukanya tempat itu untuk umum, maka dengan itu pula dan untuk yang pertama kalinya, yaitu pada tahun 1892 di Kabupaten Banyumas telah berdiri satu objek wisata pengobatan tertua dengan nama “Tamba Wringin Tirta Hoesada”.
Pada tahun 1909 berkenaan dengan hari kelahiran (Hari Ulang Tahun) Putri Yuliana, Putra Nalendra Praja Netherland, tempat itu dibangun permanen dengan biaya dari negara, adapun sebagai pemimpin pembangunan tersebut adalah Raden Danusubroto (Wedana Banyumas) secara bertahap.
Setelah kamar mandi yang paling timur selesai dibangun, yang pertama kali siram (mandi) disitu adalah kanjeng Sunan Pakubowono X.
Pendirian Pemandian Kalibacin diabadikan dalam sebuah prasasti yang dibuat tahun 1892 oleh R. Dipowinoto. Prarasti ditulis dengan huruf dan bahasa Jawa, berbentuk tembang dandanggula, terdiri dari 45 baris yang terbagi menjadi 2 bidang, masing-masing berisi 23 baris dan 22 baris.

http://www.visitbanyumas.com/destinasi/item/pemandian-kalibacin

GOA MARIA KALIORI

Goa Maria Kaliori terletak diperbukitan yang hijau membentang dengan suasana sejuk dan nyaman di Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor. Prakarsa pembangunan tempat ziarah ini bermula dari beberapa aktivis umat Katolik di Banyumas, yang kemudian mendapatkan tanggapan dan dukungan sepenuhnya dari Pastor Paroki di Purwokerto beserta umatnya.
Pembangunan Goa Maria Kaliori dimulai pada tanggal 15 Agustus 1989, dengan ditandai Peletakan batu Pertama oleh Uskup Purwokerto Mgr. P.S. Hardjasoemarta MSC. Suatu peristiwa bersejarah bagi Goa Maria Kaliori dmulai pada tanggal 10 Oktober 1989, di mana dalam Misa Agung di Yogyakarta, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II berkenan memberkati Patung Bunda Maria dan menandatangani Prasasti Goa Maria Kaliori.
Pemberkatan Goa Maria Kaliori dilakukan pada tanggal 8 Desember 1989 dan diresmikan penggunaannya.Semenjak itu, pembangunan tempat ziarah Umat Katolik tersebut berlanjut terus. Berbagai fasilitas, seperti Kapel Ratu Surga, Jalan Salib, Taman Rosario, Pendopo bagi para peziarah, dan Rumah Retret MariaImakulata menjadi bagian dari Wisata Rohani Goa Maria Kaliori. Pengelolaan dan pengembangan Goa MariaKaliori diserahkan kepada Konggregasi Oblat Maria Imakulata (OMI) yang memiliki kharisma di dalam pengelolaanGoa Maria di berbagai negara di dunia.
Fasilitas Goa Kaliori saat ini berupa Goa Maria, kapel dan rumah retret sebagai sarana utama, sedang sarana penunjang berupa pendopo untuk istirahat, ruang pakir, toko souvenir dan sarana KM/WC. Kawasan ini dilengkapi dengan makam khusus untuk umat khatolik. Fasilitas-fasilitas ini dikembangkan secara bertahan sesuai dengan perkembangan umat. Kawasanini terletak ditengah penghijauan yang rimbun sehingga terkesan sacral.




http://www.visitbanyumas.com/destinasi/item/goa-maria-kaliori

MUSEUM PANGLIMA BESAR JENDRAL SOEDIRMAN

Museum yang terletak di pinggir Sungai Logawa Kecamatan Karanglewas, kurang lebih 4 km dari kota Purwokerto ini dibangun untuk mengenang perjuangan Jenderal Soedirman di Kabupaten Banyumas, khususnya Purwokerto. Berkat keahlian strategi dan kepandaian dalam bernegosiasi dengan penjajah Jepang maka pengambilalihan kekuasanan dari penjajah Jepang kepada para pejuang di Kabupaten Banyumas berjalan tanpa pertumpahan darah. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945 bertempat di Markas Komando Kesatuan Pertahanan Jawa Tengah di Magelang.
Kiprah perjuangan Soedirman di Kabupaten Banyumas sudah dimulai sejak pemerintah mulai merintis terbentuknya ketentaraan negara di Republik Indonesia yang baru berdiri. Pada tanggal 1 s.d 3 September 1945 para bekas perwira PETA, Heiho, Seinendan, KNIL di Kabupaten Banyumas bertemu untuk membicarakan perihal pembentukan Badan Keamanan Rakyat ( BKR ) Banyumas. Pertemuan tersebut diadakan di gedung Yosodarmo di jalan Yosodarmo Purwokerto, dan dipimpin langsung oleh Soedirman.
Setelah BKR terbentuk dan Soedirman terpilih sebagai pimpinan umumnya, mereka bermarkas di gedung Landraat yang terletak di sebelah timur alun-alun Purwokerto.Belum lama setelah BKR Kabupaten Banyumas terbentuk , pada tanggal 5 Oktober 1945 Pemerintah Pusat mengeluarkan Dekrit tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat ( TKR ) , maka para anggota BKR pun mentransformasikan diri menjadi anggota TKR dengan nama kesatuan yang baru yaitu Divisi V TKR dengan komandan Kolonel Soedirman.
Taman Rekreasi Pangsar Soedirman yang berlokasi di wilayah Kecamatan Purwokerto Barat, di jalur transportasi utama ke arah Jakarta, dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata alternatif di Kabupaten Banyumas. 
Fasilitas yang ada sekarang berupa “Museum Pangsar Soedirman” dimaksudkan sebagai penghormatan terhadap jasa-jasa Pak Dirman, putra bangsa yang mengharumkan nama Banyumas.



http://www.visitbanyumas.com/destinasi/item/museum-jend-sudirman-purwokerto

TAMAN KOTA ANDHANG PANGRENAN



Andhang Pangrenan kini menjadi wahana rekreasi baru bagi masyarakat Purwokerto. Taman Andhang Pangreanan tersebut berdiri di area bekas terminal lama di Jalan Gerilya Purwokerto. Taman kota yang dinamai “Andhang Pangrenan” tersebut mempunyai makna kata yang berasal dari bahasa jawa. "Andhang" berarti tempat dan "Pangrenan" berarti membuat senang dan diresmikan pada tanggal 13 Maret 2011 oleh Bupati Banyumas.
Layaknya seperti taman kota yang lain, taman Andhang Pangrenan ini memiliki banyak fungsi danberagam fasilitas yang antaranya sebagai tempat rekreasi, olahraga, jalan-jalan, jogging, panggung pementasan atau hanya sekedar untuk mencari kesegaran (refresing).
Taman ini juga dilengkapi panggung pementasan, tempat kuliner dan sovenir khas Banyumas. Tempat parkir pun cukup lebar, ada di sisi selatan dan timur taman. Berdasar map area, pengunjung Andhang pangeranan dapat masuk melalui dua pintu, yakni pintu selatan dan pintu timur.
Adapun kuliner atau masakan yang dijual ditempat ini antaraya seperti bakso, soto Sokaraja, sate ayam, dan aneka makanan dan minuman lainnya dan para pedagang berada di tempat khusus di sisi selatan taman kota. Sedangkan untuk para pedagang souvenir berlokasi di tengah taman, yaitu di lantai dasar.
Andhang Pangreanan memberikan kenyamanan bagi setiap pengunjung yang ingin menikmati ruang hijau ditengah kota dengan konsep yang modern.




http://www.visitbanyumas.com/destinasi/item/andhang-pangrenan-purwokerto

MUSEUM SENDANG MAS




Kabupaten Banyumas memiliki beberapa Museum termasuk Museum Wayang Sendang Mas. Terletak di Jalan Kawedanan nomor 1 Banyumas, pada tanggal 31 Desember 1983 Museum Sendang Mas diresmikan oleh Ketua Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi).
Tahun 1984 dikelola oleh Kepala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas. Pada tanggal 20 Mei 1985 pengelolaannya diserahkan kepada Yayasan Seni Budaya Sendang Mas. Mulai tanggal 31 Juli 1989 museum ini dikelola sebagai asset wisata budaya di Kabupaten Banyumas oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Banyumas.
Ada dua versi nama Sendang Mas. Yang pertama merupakan kependekan dari Seni Pedalangan Banyumas untuk memberi nama gagrag Banyumasan yang berbeda dengan gagrag Ngayogyakarta maupun Surakarta. Kekhasan gagrag Banyumasan terletak pada adanya tokoh Bawor yang pada gagrag Ngayogyakarta maupun Surakarta disebut sebagai Bagong. Gending yang ditampilkan pada gagrag Banyumasan adalah gending kembangglepang dan gending-gending Banyumasan lainnnya, sedangkan pada gagrag Ngayogyakarta maupun Surakarta dipakai gagrag Ngayogyakarta maupun Surakarta gending Sulukan, pangkur, dan sebagainya.
Versi kedua menyebutkan nama Museum Sendang Mas berasal dari nama sumur kecil di belakang pendopo Si Panji yang sampai sekarang masih mengeluarkan air. Diameter sumur 0,5 meter dengan kedalaman kurang lebih 2 meter. Air sumur ini digunakan untuk air kembang yang biasanya untuk ziarah ke makam-makam para Bupati Banyumas zaman dahulu. Ada juga yang percaya bahwa air sumur Sendang Mas mempunyai khasiat tertentu sebagai sarana pengobatan supranatural dan metafisika.
Bekas bangunan Ibukota Kabupaten Banyumas yang disebut bangunan Si Panji oleh penduduk setempat masih dikeramatkan karena telah memberi keselamatan kepada penduduk ketika bangunan kabupaten Banyumas ini masih berdiri. Pada tahun 1981 Banyumas pernah dilanda banjir besar dari sungai Serayu dan untuk menyelamat diri penduduk mengungsi di pendopo Kabupaten.
Bangunan pendopo Si Panji sekarang tinggal duplikat saja karena ketika Bupati Banyumas dijabat oleh Raden Sujiman Martodirjo Gondo Subroto (1933-1950) dipindahkan ke Purwokerto. Prosesi pemindahan tersebut cukup unik karena adanya pantangan tidak boleh menyeberangi Sungai Serayu sehingga pelaksanaan pemindahan pendopo dilakukan melalui Semarang.
Koleksi yang ada di museum ini antara lain gamelan laras Slendro, wayang gagrag Banyumas, wayang gagrag Yogya, wayang Krucil, wayang Prajuritan, wayang Kidang Kencana, wayang Golek Purwa, wayang Golek Menak. Tokoh Bawor dalam wayang gagrag Banyumasan. Dalam wayang gagrag Ngayogyakarta dan Surakarta disebut sebagai Bagong.





http://www.visitbanyumas.com/destinasi/item/museum-sendang-mas-banyumas